Sabtu, 21 Agustus 2021

LinkedIn Itu Ibarat Agama : Apakah Akan Mengantarkan Anda Ke Surga Atau Ke Neraka ?

 Oleh : Bambang Haryanto ||

Khotbah untuk Anda para #freshgraduate. Bahwa mengelola LinkedIn itu ibarat memeluk agama. Ada ritusnya, ada dosa, ada pula pahalanya.

Yang pasti, semakin kita merasuk, kita akan memergoki semakin banyak peraturan. Seringkali peraturan yang tidak mudah kita pahami. 

Ada yang bilang, "begini-begini" saja LinkedIn saya, sudah merasa cukup. Sementara Anda yang berniat mengelola akun LinkedInnya secara lebih profesional, banyak panduan yang menantang untuk dijelajahi. 

Tentu saja terkait topik utama aktivitas di LinkedIn : menciptakan konten. Atau tulisan. 

Teman saya penulis buku biografi, Ratih Poeradisastra, pernah berbagi ucapannya Winston Churchill.

Katanya, "Tulisan itu seperti rok perempuan. Harus cukup panjang untuk mencakup pembahasannya dan harus cukup pendek agar menarik."

Kita tahu, untuk tulisan panjang, LinkedIn menyediakan 3.000 karakter untuk postingan. Tetapi bagi tulisan yang "harus cukup pendek agar menarik," tahukah Anda tentang angka magic 141  dan 191 karakter di LinkedIn?

Itulah jumlah karakter untuk judul dan lead/pembuka dari setiap postingan kita. Di HP, tersedia 141 karakter. Di komputer, jatahnya 191 karakter.

Ketahuilah, nasib postingan Anda tergantung kepada kreativitas Anda dalam menulis judul dan pembuka tersebut. Apa cukup menggelitik, juga mampu merangsang rasa ingin tahu pembaca? Atau sebaliknya?

Kalau magnet dari judul dan pembuka Anda itu mampu merangsang pembaca mengklik tulisan "see more" atau "lihat lainnya," Anda lolos dari lubang jarum. Berarti Anda lolos dari ujian algoritmanya LinkedIn.

Apabila tidak ada pembaca yang mengklik petunjuk "see more" atau "lihat lainnya" itu maka algoritma LinkedIn memperoleh sinyal bahwa tulisan itu tidak menarik. 

Tulisan yang tidak mampu memicu reaksi, loyo membangkitkan percakapan, akan terancam disembunyikan oleh algoritmanya.

Jadi tulisan sehebat, semutu atau berbobot pun,terancam jadi tulisan sia-sia bila pembacanya sedikit atau tidak terbaca sama sekali. 

Jadi, patuhilah aturan "agama"-nya LinkedIn untuk keberhasilan Anda.

Akhirnya, semuanya, memang terpulang kepada tujuan kita masing-masing dalam mengelola platform media sosial satu ini.

Setelah saya iming-imingi rumus 141/191 di atas, dalam polling ini saya ingin mengetahui langkah Anda dalam mengelola akun LinkedIn ke depannya. 
 
Hasil polling dapat Anda klik disini. Terima kasih.

 
#koneksiitukunci
#linkedin
#linkedinituberkoneksi




Rabu, 18 Agustus 2021

Mengintip Tren Pekerjaan Masa Depan : Anda Sebaiknya Berkarier Lebih Dari Satu!

 Oleh : Bambang Haryanto ||

Tantangan dahsyat bagi Anda sebagai #freshgraduate di era VUCA. Terjuni 2-3  karier sekaligus. Bila hanya 1 karier saja, terlalu berisiko untuk hidup Anda.

Kita kini hidup di dunia VUCA. Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguity. Jaman gonjang-ganjing. 

Kini ketidakpastian adalah satu-satunya kepastian. Sementara perubahan adalah satu-satunya yang konstan. Jadi, kita semua harus mengembangkan ketahanan dan terampil merangkul perubahan.

Termasuk merangkul perubahan yang terjadi di dunia pekerjaan. Pandemi Covid-19 menyodokkan realitas bahwa setinggi jabatan apa pun rentan tertebas pedang PHK. Bahkan pekerjaan tersebut kemungkinan besar tidak pernah kembali bila pun berakhir pandemi.

Perubahan ini akan mengubah atau mendefinisikan kembali pemahaman kita tentang pekerjaan, di mana kita memilih untuk bekerja, atau apa yang kita pilih untuk dilakukan. 

Di manca negara akhir-akhir ini heboh tentang "the great resignation." Tentang berbondong-bondongnya pekerja keluar dari pekerjaan semula dan merintis karier baru mereka. 

Mereka merasa lebih aman dalam bekerja dengan menciptakan pekerjaan bagi diri mereka sendiri daripada menjadi karyawan yang ditentukan merah-hitam hidupnya oleh perusahaan.

Sementara itu wartawati Rachel Feintzeig di Wall Street Journal (13/8/2021) menulis bahwa WFH memunculkan fenomena tak terduga.

Ketika pandemi membebaskan karyawan dari keharusan melapor ke kantor, beberapa mereka melihat peluang untuk menggandakan gaji mereka secara diam-diam. 

Sekelompok kecil pekerja kerah putih yang berdedikasi, di industri teknologi hingga perbankan hingga asuransi, mengatakan mereka telah menemukan cara untuk menggandakan gaji mereka: Bekerja DUA pekerjaan jarak jauh penuh waktu !

Kenyataan-kenyataan di atas melempar kita kembali ke era pra-industri. Di mana sebagian besar orang adalah wiraswasta dan harus mencari cara untuk melakukan sesuatu yang berguna dengan keterampilan dan minat unik mereka.

Jadi, kita masing-masing — tua atau muda — harus menemukan jawaban atas pertanyaan, “Apa keahlian saya yang unik yang dibutuhkan dunia dan bersedia membayarnya?”

Kita pun perlu melihat pekerjaan bukan sebagai pekerjaan tetapi sebagai serangkaian proyek dan terkadang portofolio proyek. Beberapa di antaranya dibayar, dan yang lain mungkin pro bono.

Dengan pemahaman baru itu, moga cakrawala kita tentang dunia pekerjaan semakin kaya. Betapa kini bagi kita terbuka untuk menekuni lebih dari satu karier di dalam hidup kita. 

Dalam suatu self-assessment saya pernah menemukan kandidat yang unggul sebagai akuntan tetapi juga hebat di bidang artistik. Ada lagi sarjana hukum, hobi terkuatnya sebagai penyanyi. 

Polling ini ingin menguak aspirasi Anda terhadap pilihan karier Anda. Tengoklah diri Anda, lihatlah betapa istimewa Anda dengan beragam minat dan skill yang menunggu titik ledak untuk mampu Anda eksplorasi. Untuk sukses hidup Anda ke depannya.

 

Saya bayangkan bila di dunia ini tidak ada hambatan apa pun, maka saya ingin berkarier

Cukup 1 karier saja

Dua pilihan karier

Tiga pilihan karier

Empat pilihan karier

 

Hasil polling yang menarik bisa Anda klik disini.

 

Waspadai Benda Berkilau di LinkedIn Bila Anda Bukan Sebagai Kreator Konten di LinkedIn

Oleh : Bambang Haryanto || Shiny object syndrome . SOS. Sindrom ⚡🌟⚡ inilah yang diam-diam serius mengancam 😈 Anda di LinkedIn. Utamanya bi...