Jumat, 22 Oktober 2021

Waspadai Benda Berkilau di LinkedIn Bila Anda Bukan Sebagai Kreator Konten di LinkedIn

Oleh : Bambang Haryanto ||

Shiny object syndrome. SOS. Sindrom ⚡🌟⚡ inilah yang diam-diam serius mengancam 😈 Anda di LinkedIn. Utamanya bila Anda tidak menjadi 📝📝📝 kreator konten di LinkedIn.

Waspadalah!

Singkatnya, SOS adalah ketika seseorang memusatkan semua perhatiannya pada sesuatu yang baru dan terkini. Biasanya, yang bersangkutan mengorbankan apa pun yang mereka miliki atau lakukan saat ini.

Ancaman SOS kiranya juga mudah meruyak di platform LinkedIn ini. Yang rawan menjadi korbannya adalah mereka-mereka, juga Anda yang tergolong sebagai lurker. Alias para pembaca pasif di media sosial.

Jumlahnya 97% dari populasi pengguna LinkedIn yang 750.000.000+ di dunia 😱😱😱.

Mengapa mereka terancam menjadi korban? Karena mereka tidak memiliki fokus ketika terpapar banjir informasi yang tersaji di layar gawainya. 

Mereka mudah tergiur mencari objek-objek berkilauan yang datang silih berganti.

Scrolling. Scrolling. Scrolling. 

"Penyakit" dari Instagram yang menular di LinkedIn ini. Ibarat kita terjebak dalam pasir apung, quicksand. Semakin kita bergerak, semakin kita terhisap ke dalamnya.

Tapi, asal tahu saja, bergentayangan tanpa fokus yang Anda lakukan itu senyatanya adalah holy grail bagi insinyur-insinyur siluman di balik platform media-media sosial besar. 

Anda rawan 👎👎👎sudah masuk dalam jebakan mereka.

"Problemnya bukan kita tidak memiliki akal sehat," kata Tristan Harris yang mantan technology ethicist Google, "tetapi ada ribuan otak di sebalik layar yang bekerjanya adalah menghancurkan regulasi diri Anda!"

Ucapan Tristan Harris itu dikutip Adam Alter dalam bukunya Irresistible : The Rise of Addictive Technology and The Business of Keeping Us Hooked (2017).

Di awal buku dikisahkan bagaimana seorang Steve Jobs mempromosikan produk iPadnya, tetapi anak-anaknya dilarang menggunakan gadget produk perusahaan ayahnya. 

Evan Williams, kreator Blogger, Twitter dan Medium, membeli ratusan buku untuk dua anak remajanya tetapi menolak membelikan iPad untuk mereka.

Adam Alter melontarkan pertanyaan pahit : "Dapatkah Anda bayangkan seseorang pemuka agama yang gencar mengkotbahkan ajaran-ajaran agamanya tetapi justru melarang anak-anaknya untuk mempraktikkan ajaran agama tersebut?"

Anda punya pendapat?
Kemudian apa solusinya?

Sebagai penulis buku dan blogger, inilah usul saya untuk Anda : jadilah kreator konten. Anda jangan hanya puas menjadi konsumen konten semata. Juga tampil anonim di platform profesional ini.

Dengan menjadi kreator, Anda lebih bisa memiliki fokus dalam memilih dan mengonsumsi banjir informasi yang mengalir di layar gadget Anda. 

Anda pula terkondisikan untuk fokus berinteraksi dengan mereka, para thought leader, di bidang profesi Anda. Kemudian jadikan diri Anda sebagai pemimpin pemikiran di industri Anda.

Untuk keberhasilan Anda sebagai kreator konten, sediakan alat ini : bloknot dan bolpoin. Atau aplikasi lainnya. Artis  pop kaliber dunia Taylor Swift juga melakukan ritus yang sama untuk menunjang proses kreatif penciptaan lagu-lagu hitnya. 

"Keep a notebook and pen handy, however, to capture any brainstorms that hit while you’re out and about,” tutur dara imut bertinggi badan 178 cm dan kelahiran 13 Desember 1989 ini.

Tampilkan diri Anda sebagai kreator konten, sehingga berpeluang besar Anda tampil sebagai salah satu objek yang berkilauan di platform LinkedIn ini.

Dengan berbagi. 
Untuk menginspirasi. 
Dengan aksi.

Apakah Anda bersedia bersama saya untuk mengampanyekan gerakan bangkit menjadi kreator konten di hari-hari mendatang ini? 

Ikuti terus konten saya. Mari sama-sama beraksi!

#freshgraduate
#koneksiitukunci
#kreatorkonten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waspadai Benda Berkilau di LinkedIn Bila Anda Bukan Sebagai Kreator Konten di LinkedIn

Oleh : Bambang Haryanto || Shiny object syndrome . SOS. Sindrom ⚡🌟⚡ inilah yang diam-diam serius mengancam 😈 Anda di LinkedIn. Utamanya bi...