Rabu, 15 September 2021

Polling di Linkedin : Apakah Sebagai Sarana Terbaik Untuk Meningkatkan Organic Reach Postingan Anda ?

Oleh : Bambang Haryanto ||

Awas! Bahaya mengintai PIN akun bank Anda. Ada 2 cara pembobol bertaktik social engineering seturut  paradox of choice-nya Barry Schwartz yang terkenal.

Saya hampir jadi korban mereka.

Sebagai pelanggan pascabayar, selama ini saya tidak hirau akan bonus poin yang diberikan oleh provider. Celah ini, entah mereka tahunya dari mana, dipakai untuk senjata merayu saya.

"Merujuk akumulasi poin, Anda berhak  hadiah. Silakan pilih : 1. Bebas langganan paket 3 bulan, atau, 2. Uang sebesar 1.750.000 rupiah," kata dia.

Jab yang dahsyat.

Ada orang baru kenal kok tiba-tiba memberi Anda rejeki 💰💰💰 besar. Kalau tidak mampu berpikir jernih, otak kita segera konslet karenanya. Terbius.

Info hadiah itu terjadi setelah penelpon mengenalkan namanya. Di layar saat pertama kali kontak muncul nama provider. Bikin saya percaya, "ini kontak dari lembaga resmi."

Saya pilih opsi 1. Saya sudah masuk perangkapnya. Dia meminta saya menyebutkan kembali 4 abjad yang dia kirim via SMS dalam 4 sesi. Saya dikondisikan agar patuh perintahnya.

Apa urusan lalu jadi selesai?

Pilihan kedua, kini dia tawarkan. Saya merasa aneh. Tadi di awal sebagai pilihan, kini diberikan cuma-cuma. Apalagi dia kemudian minta nomor rekening 🏦 saya. Katanya, untuk transfer hadiah.

Alarm 🚨 tanda bahaya 💣💣💣 nguing-nguing di kepala saya.

Saya bilang, "saya tidak punya akun bank. Saya bayar langganan lewat kantorpos."

Dia malah bilang, "kan bapak punya x akun?"

Bunyi alarm 🚨🚨🚨 makin mengeras. Dia tahunya dari mana ya?

Ini perangkap kedua. Bila saya  memberitahu akun bank 🏦 saya, dia akan pakai lagi cara pertama.

Saya diminta lagi untuk memvalidasi nomor-nomor tertentu dimana saya tidak terasa akan disugesti untuk menyertakan nomor PIN saya di dalamnya.

Misi dia gagal. 

***
Guru paradox of choice Barry Schwartz mengatakan bahwa salah satu cara terampuh mempersuasi orang lain adalah dengan memberikan mereka pilihan saat ambil keputusan. 

Kalau hanya satu pilihan, orang tak suka. Merasa dipaksa. Kalau banyak pilihan, juga tidak suka. Ribet.

Angka idealnya dua. Ketika diberi kebebasan memilih dari dua opsi yang ada, orang merasa jadi aktor utama 💪 dari keputusannya 🔨tersebut.

Terima kasih, Pak Schwartz. Insight Anda itu mungkin bisa jadi penjelas atas fenomena polling di LinkedIn akhir-akhir ini.

Saya jadi saksi : postingan biasa menggaet views < 2.000. Postingan yang diolah dalam bentuk polling, viewsnya melonjak sampai > 20.000. Mengapa?

Mungkin di postingan biasa responden merasa hanya jadi 👎objek. Sementara di postingan yang memakai polling dirinya merasa jadi👍 subjek.

Itukah penyebab mereka lebih suka ikut polling di LinkedIn? Kita tanya dulu ke sahabat jejaring kita di LinkedIn. Lewat polling 😁 pula.

 

#career
#freshgraduate
#koneksiitukunci
#linkedin
#linkedinituberkoneksi

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waspadai Benda Berkilau di LinkedIn Bila Anda Bukan Sebagai Kreator Konten di LinkedIn

Oleh : Bambang Haryanto || Shiny object syndrome . SOS. Sindrom ⚡🌟⚡ inilah yang diam-diam serius mengancam 😈 Anda di LinkedIn. Utamanya bi...